Day 10 - Jangan sok Vibe Coding lu!
Pernah denger istilah Vibe Coding baru-baru ini?
Istilah ini populer dari twitnya mas Andrej Karpathy, Director of AI at Tesla, yang ngomongin tentang gimana kesan dia menggunakan AI untuk ngoding dan dia sebut sebagai "Vibe Coding". Lo bisa liat twitnya di sini
Dilansir dari Wikipedia:
Vibe coding (or vibecoding) is programming technique dependent on artificial intelligence (AI), where a person describes a problem in a few sentences as a prompt to a large language model (LLM) tuned for coding.
Jadi si programmer cuma mendeskripsikan apa yang mau dia bikin lalu input sebagai prompt ke AI agentnya (ChatGPT, Claude AI, Cursor, etc). Basically, lu ngoding cuma modal ngetik kayak di microsoft word.
Cuma vibe coding ini ada issue atau concern yang perlu kita perhatikan
Limitation of Vibe Coding
Dilansir dari Wikipedia:
Vibe coding has raised concerns about understanding and accountability. Developers may use AI-generated code without fully comprehending its functionality, leading to undetected bugs, errors, or security vulnerabilities.
Karena si programmer gak tau fundamental dari computer science, si programmer jadi percaya begitu aja sama hasil dari AI tanpa di crossheck apakah kodenya penuh bug, vulnerable, dan errors. AI mah bodo amat sama kodenya karena dia bekerja berdasarkan prompt yang lu bikin aja. Bisa sih lu nge-prompt si AI untuk bikin kodenya secure tapi apa iya 100% secure? Lu tetep harus ngecek lagi. Makanya ini jadi issue. Lu harus tetep belajar fundamentalnya baru bisa vibe coding dengan optimal.
Balik lagi ke paragraph awal, vibe coding ini dikenalin sama orang IT jago namanya Andrej Karpathy. Tapi apakah belio orang biasa? YA KAGAK CUY. Dia sekolah di Stanford anjing dan sekarang ngejabat sebagai Director of AI di Tesla. Bayangin sejago apa diaaa cuk. Lu? Modal ngoding dari bootcamp pengen vibe coding?
Satu kata buat lo, HALAH DONTOL